Saturday, April 18, 2009

Awas, Rayap Kuasai Rumah Anda!

KESAL rasanya jika furnitur kesayangan dimakan rayap. Apalagi saat bagian dalamnya sudah keropos, padahal eksternalnya masih baik. Ayo kita basmi rayap nakal!

Rayap merupakan jenis serangga yang tidak asing lagi di telinga kita, yang selalu dikaitkan dengan si perusak. Keberadaannya sangat menyeramkan dan dengan gerakan komunitasnya dapat meruntuhkan bagian rumah atau gedung sekali pun.

Salah satu penyebab bergerak cepatnya penyebaran rayap di Jakarta (khususnya) adalah karena hampir seluruh daerah di Ibu Kota ini berada pada dataran rendah dengan suhu yang hangat dan kelembaban yang tinggi. Kondisi lingkungan ini sangat disukai oleh beberapa jenis rayap. Hal lain adalah pengaruh lahan yang ada, berupa tanah merah gembur dan bekas pertanian, yang 90 persen-nya mengandung populasi rayap tinggi. Menyeramkan bukan? Bagaimana dengan rumah Anda, apakah sering dirayapi juga? Jangan khawatir, kenali dulu hama satu ini dan terapkan trik penanggulangannya.

Rayap bekerja 24 sehari, 7 hari seminggu, dan 54 minggu dalam setahun. Ada tiga langkah yang harus dilakukan untuk penanggulangan rayap ini. Pertama mencegahnya, hindari adanya bahan-bahan kayu seperti sisa-sisa tunggak pohon di sekitar halaman bangunan, yang potensial untuk menjadi sumber infeksi rayap.

"Demikian pula pohon-pohon tua yang sebagian jaringan pohon maupun akarnya telah mati. Ini merupakan sumber makanan rayap dan dapat menjadi lokasi sarang perkembangan koloni rayap," tukas arsitek Hendra Syafuddin, yang pernah punya pengalaman pribadi dengan hama yang mirip semut itu.

Hindari kontak antara tanah dan bagian-bagian kayu dari bangunan, walaupun cara ini tidak mutlak mampu mencegah serangan rayap. Karena rayap mampu membuat terowongan kembara di atas tembok, lantai, dan dinding untuk mencapai objek kayu makanannya.

"Tetapi bagi bangunan sederhana, cara ini dapat memperlambat serangan rayap, dan terowongan- terowongannya dapat dideteksi lebih dini," ujar arsitek asal Medan itu.

Pergunakan kayu yang awet seperti jati atau kayu yang telah diawetkan dengan bahan-bahan pengawet antirayap. Untuk kayu-kayu yang digunakan di bawah atap, jenis-jenis garam pengawet, seperti garam Wolman dengan retensi yang cukup, bisa dimanfaatkan. Sedangkan bagi kayu di luar bangunan diperlukan bahan pengawet yang larut minyak.

Cara lain yang paling efektif adalah membuat benteng di bagian fondasi. Caranya dengan mencampur bahan fondasi dengan termitisida, "Atau memperlakukan tanah di bawah dan di sekitar fondasi dengan termitisida yang tahan pencucian (persisten) serta memiliki afinitas dengan tanah," ujar arsitek Rina Elandra, yang kebetulan punya pengalaman sama dengan Hendra.

Kemudian langkah kedua yaitu membasmi rayap sampai tuntas. Secara garis besar pelaksanaan termite control dilakukan dengan dua metode. Pertama pre-construction termite control (metode prakonstruksi) yaitu termite control yang dilakukan saat bangunan sedang dibangun. Meliputi pekerjaan penyemprotan galian fondasi, penyemprotan seluruh permukaan lantai/tanah bangunan sebelum pengecoran, dan penyemprotan seluruh permukaan kayu-kayu sebelum dipasang pada konstruksi plafon dan atap.

Kedua, post construction termite control (metode pascakonstruksi) yaitu termite control dilakukan pada bangunan yang sudah berdiri. Caranya dengan menginjeksikan termitisida/obat pembasmi rayap ke dalam tanah di bawah lantai sepanjang fondasi bangunan yang jarak antarlubang injeksinya + 60-80 cm, dengan diameter lubang maksimal 13 mm. "Kalau untuk kayu-kayu yang telah terpasang bisa dilakukan penyemprotan langsung dengan termitisida," saran Rina.

Jika rumah Anda sudah telanjur diserang, gunakanlah cara-cara pengendalian yang ramah lingkungan. Misalnya dengan pengumpanan dan pengendalian koloni rayap dengan menggunakan insektisida penekan pertumbuhan kutikel, seperti heksaflumuron dan sebagainya.

"Ini jadi tujuan akhir yang benar-benar jangan sampai terjadi, karena hal ini akibat pelaksanaan servis yang sangat terlambat dan rayap sudah menyebar ke seluruh bagian bangunan. Rayap tidak mungkin dibasmi atau dihilangkan secara total, karena jalur lalu lintas rayap benar-benar luas dan tersembunyi," tanggap Hendra.

Rayap yang Serang Istana, Jenis Paling Bahaya

Peneliti IPB mengungkapkan, struktur atas bangunan Istana Merdeka, di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, yang jadi kediaman resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ternyata diserang jenis rayap paling berbahaya.

"Jenis raya yang menyerang bangunan atas Istana Merdeka itu adalah `Coptotermes curvignathus`, yakni jenis rayap paling berbahaya," demikian disampaikan juru bicara tim peneliti rayap dari Laboratorium Hasil Hutan Pusat Studi Ilmu Hayati (PSIH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir M Surjono Surjokusumo, MSF, PhD di Bogor, Rabu.

Ia mengemukakan hal itu bersama anggota tim peneliti rayap lainnya yakni, Dr Ir Naresworo Nugroho, Ir Yudi Rismayadi, MSi,Ir Niken Subekti, MSi, Dr Ir Farah Diba dan Ir Arinana, Msc pada diskusi terbatas berkaitan dengan potensi serangan rayap pada bangunan dengan sejumlah wartawan di Kampus IPB Darmaga.

Bersama sejawatnya, Prof Dr Ir Rudolf Christian Tarumingkeng, MF, PhD, M Surjono Surjokusumo, pekan lalu mengungkapkan bahwa Istana Merdeka mengalami kerusakan pada bagian plafon bangunan yang berunsur kayu akibat diserang koloni rayap.

"Beberapa waktu lalu saya dan pak Rudi (Rudolf) diundang ke Istana Merdeka untuk memastikan apa benar istana diserang oleh koloni rayap, dan ternyata benar. Plafon di Istana Merdeka, tepatnya di ruangan yang biasa dipergunakan presiden menerima tamu, jatuh. Yang utuh hanya rangka alumuniumnya saja," kata guru besar Fakultas Kehutanan (Fahutan) IPB yang segera purna-tugas itu.

Dengan kondisi tingkat keseriusan ancaman kerusakan lebih parah lagi pada Istana Merdeka, kata dia, tim peneliti rayap PSIH IPB kini sudah mematangkan konsep, sekaligus langkah aksi untuk dapat memberantas koloni-koloni rayap, yang setiap satu koloninya terdiri atas jutaan rayap.

"Rekomendasi kita adalah hendaknya rehabilitasi Istana Merdeka jangan dilakukan sebelum ada langkah `sterilisasi rayap`," katanya.

Langkah "sterilisasi" tersebut, menurut dia, adalah menghabisi koloni rayap di setiap area yang ada pada dan di sekitar area bangunan Istana Merdeka yang menurut jadwal pada bulan Mei mendatang akan mulai dikerjakan.

Sementara itu, Yudi Rismayadi, anggota peneliti yang langsung melakukan observasi di Istana Merdeka mengemukakan bahwa struktur atas pada gedung dimana Presiden Yudhoyono dan keluarga tinggal, sudah sangat parah akibat serangan koloni rayap jenis paling berbahaya itu.

"Terjadi pelapukan-pelapukan pada unsur kayu di bagian atas Istana Merdeka, dan itu amat berbahaya jika akhirnya runtuh," katanya.

Pengamanan ganda
Pada bagian lain, ia juga menjelaskan bahwa melihat perkembangan rayap yang kini menyerang bangunan-bangunan penting seperti Istana Presiden, bangunan berukuran besar dan gedung-gedung tinggi, diperlukan sebuah pengamanan yang lebih.

"Artinya, kalau bangunan seperti Istana Merdeka, yang merupakan simbol negara dan bangsa Indonesia, jelas diperlukan pengamanan ganda (agar tidak diserang rayap)," katanya.

Ia mengatakan, saat ini rayap tidak hanya populer menyerang kayu sebagai bagian konstruksi bangunan rumah tinggal sederhana, namun telah merambah dengan menyerang bangunan vital seperti Istana Kepresidenan, gedung bertingkat tinggi, yang dari segi konstruksi hampir dikatakan aneh dapat terserang rayap, apalagi dilengkapi kayu awet kelas satu, basement dengan lantai "slab" beton bertulang, atau sangat minimal menggunakan kayu sebagai komponen struktural bangunan.

Pada bangunan bertingkat tinggi itu, katanya, rayap menyerang komponen-komponen kayu sebagai bagian dari ornamen bangunan seperti furnitur, kitchen set dan yang lainnya.

"Bahkan, pada beberapa kasus serangan rayap menghabiskan dokumen-dokumen yang berada di dalam gedung, menghancurkan wallpaper, merusak parquet, dan bahan bangunan baru seperti gipsum, dan kondisi itu mengubah hama rayap yang populer dari hama kayu menjadi hama bangunan," katanya.

Pasalnya, kata dia, rayap tidak hanya menyerang struktur kayu, tetapi juga mengganggu bangunan secara keseluruhan.

"Oleh karena itu, tidak aneh jika keruginan yang diakibatkan rayap tidak kurang dari Rp 2,7 triliun," katanya.

sumber : gatra.com/artikel.php?id=93533

Pengendali Rayap Ramah Lingkungan

RAYAP merupakan salah satu jenis serangga dalam ordo Isoptera. Di Indonesia tercatat ada sekitar 200 jenis dan baru 179 jenis yang sudah teridentifikasi. Beberapa jenis rayap di Indonesia yang secara ekonomi sangat merugikan karena menjadi hama adalah tiga jenis rayap tanah/subteran (Coptotermes curvignathus Holmgren, Macrotermes gilvus Hagen, serta Schedorhinotermes javanicus Kemner) dan satu jenis rayap kayu kering (Cryptotermes Cynocephalus Light). Tiap tahun kerugian akibat serangan rayap di Indonesia tercatat sekitar Rp 224 miliar-Rp 238 miliar.

Sampai saat ini, dalam pengendalian serangan rayap skala lapangan, sebagian besar memakai bahan kimia yang sangat beracun dan tidak ramah lingkungan (non-biodegradable), seperti asam borak, CCB (Copper-Chrome-Boron), CCA (Copper-Chrome-Arsen), dan CCF (Copper-Chrome-Flour). Ini akan merusak lingkungan jika tidak diantisipasi karena bahan tersebut sukar dirombak oleh alam. Ada juga metode pengendalian secara biologi dalam skala laboratorium dengan nematoda (cacing), bakteri, dan jamur yang diumpankan ke rayap sehingga akan mengganggu sistem pencernaan rayap.

Serangan rayap juga bisa dikendalikan secara fisik dengan soil treatment, pemasangan perintang, dan pembuatan trench yang dilakukan sebelum maupun sesudah konstruksi.

BEBERAPA penelitian berusaha mencari bahan yang efektif mengendalikan serangan rayap sebagai pengganti bahan kimia yang selama ini umum digunakan, di antaranya adalah khitosan. Penelitian Suptijah et al tahun 1992 menyatakan khitosan mempunyai bentuk yang spesifik, mengandung gugus amin dalam rantai karbonnya yang bermuatan positif, yang berlawanan dengan polisakarida lainnya.

Sifat-sifat khitosan diantaranya adalah struktur molekulnya tertentu, dalam keadaan cair sensitif terhadap kekuatan ion tinggi, dan daya repulsif antara fungsi amin menurun sesuai dengan fleksibilitas rantai khitosan. Penggabungannya dalam ruang distabilkan oleh ikatan hidrogen di dalam dan di luar rantai, menghasilkan suatu molekul resisten yang tahan terhadap stres mekanik dan kemampuan mengembangnya bertambah.

Khitosan berasal dari khitin yang telah mengalami proses penghilangan gugus asetil (deasetilisasi). Khitosan bersifat larut dalam suatu larutan asam organik, tetapi tidak larut dalam pelarut organik lainnya, seperti dimetil sulfida, dan juga tidak larut pada pH 6,5. Pelarut khitosan yang baik adalah asam asetat.

Pada saat ini khitosan memiliki spektrum penggunaan yang luas dalam industri dan kesehatan, seperti dalam pengolahan limbah cair, pelapis kapsul obat, pengawet makanan, pembungkus ikan dalam industri pengolahan ikan, dan sebagai bahan penstabil (bulking agent). Penggunaannya lebih luas ketimbang khitin.

Lewat beberapa percobaan yang dilakukan oleh El Grauth et al 1992 ternyata khitosan memiliki kemampuan bioaktif. Polikation alami dari khitosan dapat menghambat pertumbuhan patogen seperti Fusarium oxysporum dan Rhizoctania solani serta germinasi spora dan pertumbuhan kapang Bothria cineren.

Melihat beberapa sifat tersebut, khitosan dicoba untuk mengendalikan serangan rayap. Khitosan diaplikasikan ke kayu yang merupakan bahan yang sering diserang rayap melalui pelaburan, penyemprotan, maupun perendaman dengan berbagai tingkat konsentrasi.

Hasil penelitian membuktikan khitosan mampu meningkatkan derajat proteksi kayu seiring dengan semakin tingginya konsentrasi khitosan. Ini terlihat dari makin meningkatnya tingkat mortalitas (kematian) rayap yang mengonsumsi kayu tersebut dibandingkan dengan kayu yang tidak diaplikasi khitosan. Jenis rayap yang dijadikan bahan penelitian adalah rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light) yang merupakan jenis rayap di Indonesia yang paling banyak menyerang dan sangat merugikan.

Dalam skala lapangan diperkirakan, dengan aplikasi khitosan, seluruh koloni rayap akan dapat dibasmi karena rayap memiliki perilaku yang dapat mendukung keberhasilan metode ini, yaitu trofalaksis (saling menjilati mulut antar-rayap untuk memberikan cairan makanan). Dengan demikian, penyebaran khitosan akan lebih cepat karena khitosan akan ikut dalam cairan makanan tersebut. Karena bersifat non toxic, khitosan tidak langsung membunuh rayap, tetapi akan mengganggu kinerja protozoa dalam sistem pencernaan rayap yang akan membuat rayap tidak bisa memperoleh sumber makanan yang dihasilkan protozoa, sehingga secara perlahan akan mematikan rayap.

KHITOSAN dapat dihasilkan dari limbah cangkang udang yang banyak tersedia di Indonesia melalui beberapa proses, yaitu demineralisasi dan deproteinisasi cangkang udang serta deasetilisasi khitin menjadi khitosan.

Tercatat bahwa produksi udang Indonesia rata-rata meningkat sebesar 7,4 persen per tahun. Pada tahun 2001 produksinya mencapai 633.681 ton. Dengan asumsi laju peningkatan produksi tetap, pada tahun 2004 potensi udang diperkirakan sebesar 785.025 ton. Dari jumlah itu, 60-70 persen menjadi limbah (bagian kulit dan kepala). Melalui proses demineralisasi dan deproteinisasi dengan rendemen 20 persen akan dihasilkan khitin sebesar 157.005 ton. Dari proses deasetilisasi khitin rendemen 80 persen akan didapat khitosan sebesar 125.604 ton.

Melihat hasil yang ada dan dengan didukung besarnya potensi khitosan, dapat diperkirakan khitosan akan efektif sebagai alternatif bahan pengendali serangan rayap yang ramah lingkungan (biodegradable) dan murah karena bahan bakunya adalah dari limbah dan berasal dari sumber daya lokal (local content) menggantikan bahan kimia yang selama ini umum digunakan.

sumber : kompas.com/kompas-cetak/0408/18/ilpeng/1209399.htm

Thursday, April 16, 2009

Rekor Gigitan Tercepat Dicatat Rayap Panama

Meski tubuhnya kecil, rayap Panama (Termes panamensis) berhasil mencetak rekor gigitan paling cepat di antara semua hewan yang ada di dunia. Rahangnya sanggup menggigit mangsa dengan kecepatan hingga 70 meter perdetik.

Bahkan, untuk merekam gerakan yang segitu cepat, para peneliti membutuhkan kamera dengan kemampuan merekam gambar 40.000 frame perdetik. Rayap Panama menggigit mangsa menggunakan sepasang capit di rahang yang secara ilmiah sering disebut mandible.

"Banyak serangga yang bergerak lebih cepat daripada kemampuan mata manusia untuk melihat, jadi kami tahu kalau butuh kamera kecepatan tinggi untuk merekam perilakunya," ujar Marc Seid dari Institut Riset Tropis Smithsonian yang melaporkan hasil penelitiannya dalam jurnal Current Biology edisi 25 November. Meski demikian, ia mengaku tak menyangka secepat itu gigitan rayap Panama.

Dengan gigitan secepat itu, serangga tersebut mungkin dapat membinasakan mangsanya dalam sekali serang. Gigitan yang cepat juga menjadi alat pertahanan diri karena dengan ukuran tubuh yang kecil, rayap Panama harus mencari cara menghasilkan energi yang besar untuk melawan musuhnya.

Capit yang besar dan serangan yang cepat efektif untuk pertarungan jarak dekat. Hal tersebut sering dilakukannya dengan musuh-musuhnya karena rayap lebih banyak berkeliaran di gorong-gorong yang sempit dan tak cukup banyak ruang bergerak.

"Mereka sepertinya menyimpan energinya di mandible-nya namun kami masih belum tahu bagaimana mereka melakukannya. Itu menjadi pertanyaan berikutnya," ujar peneliti lainnya Jeremy Niven. WAH

Sumber: Livescience, www.kompas.com

Lebih Jauh tentang Rayap

RAYAP-yang diperkirakan telah hadir di Bumi sejak zaman Mesozoic atau akhir zaman Palaeozoic-diidentifikasikan memiliki lebih dari 2.500 jenis yang tersebar di seluruh dunia. Persebaran rayap berhubungan dengan suhu dan curah hujan. Sebagian besar jenis rayap hidup di dataran rendah tropika dan hanya sedikit yang bertahan di dataran tinggi.

Sebagai serangga sosial, rayap memiliki perilaku makan. Tanaman, pohon, kayu, serta bahan makanan lain seperti humus, rumput, dan jamur merupakan sumber makanan mentah bagi hama tersebut. Pembangunan sarang rayap di atas permukaan tanah dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi di dalam kandungan tanah tersebut.

Selain menyerang tanaman atau kayu, rayap juga merusak bangunan gedung. Serangan rayap pada bangunan gedung dilakukan dengan cara: (1) menyerang kayu yang berhubungan langsung dengan tanah; (2) masuk melalui retakan-retakan atau rongga pada dinding dan fondasi; (3) membuat liang-liang kembar di atas permukaan kayu, beton, ataupun pipa; serta (4) menembus benda-benda penghalang yang bukan obyek makanannya, seperti plastik dan logam tipis.

Untuk mengendalikan serangan rayap pada bangunan gedung digunakan termitisida, baik melalui tanah maupun kayu. Sedangkan tindakan pengendalian pada tanaman dilakukan melalui teknik kimiawi dan nonkimiawi. (tsd/Litbang Kompas)

sumber : http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0304/19/pustaka/263499.htm